|
NAMA
|
:
|
EKKI PUTRI APRILIANTI
|
|
NIM/KELAS
|
:
|
141300163/ADBIS IV B
|
|
MATA KULIAH
|
:
|
PUBLIC RELATIONS
|
|
SUBJEK
|
:
|
TUGAS INDIVIDU UTS / TA 2015/2016
|
Kasus
Sebagaimana yang
diberitakan oleh media masssa, hingga saat ini masih sering terjadi kecelakaan
di perlintasan kereta api, antara pemakai jalan raya dengan kereta api.
Tugas
Berdasarkan
konsep/teori Cutlip & Center di atas, tindakan apa yang harus diambil oleh
Praktisi PR/Kepala Humas PT.Kereta Api Indonesia apabila terjadi kecelakaan di
perlintasan kereta api?
Penyelesaian Kasus
Berdasarkan
permasalahan diatas, Praktisi PR/Kepala Humas PT.KAI sangat berperan penting
dalam menjaga dan mempertahankan pengertian timbal balik yang dapat membangun
citra baik PT.KAI agar senantiasa dipercaya sebagai salah satu perusahaan di
bidang jasa transportasi darat yang terpercaya dan bisa diandalkan oleh
masyarakat.
Kecelakaan yang
sering terjadi diperlintasan kereta api antara pemakai jalan raya dengan kereta
api sedikit banyak pasti akan menimbulkan masalah yang dapat mengganggu
kelangsungan kegiatan PT.KAI, baik secara intern dan ekstern perusahaan.
Berikut adalah
masalah-masalah yang memiliki peluang besar akan timbul, yaitu:
- Munculnya berita kurang baik dan menyudutkan PT.KAI yang diberitakan di media massa.
- Munculnya opini negatif masyarakat sehingga citra PT. KAI dianggap kurang baik.
- Munculnya pihak-pihak yang saling menyalahkan akibat kecelakaan KA dengan pengguna jalan raya baik dari pihak PT.KAI dengan masyarakat ataupun dari sesama civitas PT.KAI.
- Hilangnya kepercayaan antara sesama civitas PT.KAI sehingga keadaan dalam perusahaan tidak harmonis.
- Hilannya kepercayaan masyarakat terhadap PT.KAI sehingga perusahaan dapat merugi karena pendapatannya menurun.
Masalah-masalah
diatas muncul karena beberapa sebab, berikut adalah penyebab terjadinya masalah
yang berpeluang besar akan timbul ketika terjadi kecelakaan kereta api dengan
pengguna jalan raya, yaitu:
- Tidak ada komunikasi yang baik antara pihak praktisi PR/Kepala humas PT.KAI dengan masyarakat yang menggunakan jalan raya akibat kecelakaan di perlintasan kereta api, sehingga menimbulkan rumor atau berita yang kurang baik di media massa yang dapat menurunkan bahkan menghancurkan citra perusahaan.
- Perusahaan tidak mengasuransikan aset tetap terhadap resiko kecelakaan, kebakaran, dan jenis kerugian lainnya, kendala teknis berupa gangguan komunikasi dan sistem persinyalan, kurangnya pengendalian perawatan dan keselamatan kereta api. Sehingga, akan timbul salah menyalahkan antara pihak-pihak yang terlibat dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap PT.KAI ataupun sesama civitas PT.KAI yang menimbulkan ketidakharmonisan dalam perusahaan dan juga perusahaan dengan publiknya.
- Minimnya budaya toleransi keselamatan sesama pengguna jalan dan minimnya solialisasi tentang rambu-rambu di area perlintasan kereta api.
Oleh sebab itu praktisi
PR/Kepala humas PT.KAI perlu melakukan beberapa tindakan dibawah ini agar
masalah-masalah seperti yang disebutkan diatas bisa teratasi dengan baik. Berikut
pengembangan penjabaran berdasarkan teori
Cutlip & Center (dalam Ruslan, 2014:148): proses perencanaan program
kerja melalui “proses empat tahapan atau langkah-langkah pokok” yang menjadi
landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja public relations (PR)
atau kehumasan, yaitu:
1.
Penelitian dan
mendengarkan (research-listening) - fact
finding
Fact finding
adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data sebelum melakukan tindakan. Dalam tahap ini, Praktisi PR perlu menganalisis
perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap lingkungan seperti opini
masyarakat terhadap kecelakaan yang terjadi antara pengguna jalan raya dengan
kereta api, sikap pihak PT.KAI dan masyarakat menanggapi kecelakaan tersebut,
dan reaksi dari intern juga ekstern perusahaan mengenai kecelakaan tersebut.
Praktisi PR
harus mengenal gejala dan penyebab permasalahan serta perlu melibatkan diri
dalam penelitian/penemuan fakta. Segala
keterangan harus diperoleh secara
lengkap dan dalam tahap
pendefinisian, Praktisi PR harus
mengolah data faktual yang telah ada, mengadakan perbandingan, melakukan
pertimbangan, serta menghasilkan penilaian agar
dapat diperoleh kesimpulan dan ketelitian dari data faktual yang telah
diperoleh. Disamping itu dalam proses
PR, pengumpulan data harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian,
dan penyusunan data yang mengarah pada kemudahan dalam pemecahan masalah pada
waktunya. Tahap pencarian data dapat
dilakukan dengan cara: survey, polling, wawancara, focus group
discussion (FGD), wawancara mendalam,
dan walking around research, yakni
jalan-jalan atau turun ke lokasi permasalahan untuk memahami permasalahan
secara langsung dalam rangka melihat
masalah dalam konteksnya.
Setelah
data-data yang sudah terbukti keakuratannya tentang opini, sikap, dan reaksi
mereka yang berkepentingan dengan aksi kebijakan-kebijakan suatu organisasi sudah
terkumpul dan tersusun dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah menentukan
dan memahami data tersebut agar dapat menentukan keputusan selanjutnya. Perlu
diingat bahwa tahapan fact finding ini sangat penting bagi seorang praktisi PR,
karena data yang diperoleh harus benar-benar sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya terjadi (akurat). Apabila dalam tahapan fact finding seorang
praktisi PR salah mengumpulkan data maka tindakan selanjutnya sudah dapat dipastikan
salah semuanya sehingga harus memulai tahapan fact finding dari awal untuk bisa
menentukan tindakan selanjutnya yang tepat agar tujuan perusahaan tercapai. Jadi
dalam tahapan ini, Praktisi PR harus tau dan paham betul apa yang menjadi
permasalahan dalam perusahaannya (what’s Our Problem?) sehingga dapat dengan
tepat menentukan tindakan selanjutnya.
2.
Perencanaan dan
mengambil keputusan (planning-decision)
Perencanaan
adalah berdasarkan fakta membuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan
untuk membuat program kerja tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi
berbagai masalah yang terjadi dan disesuaikan dengan kepentingan publik serta
berdasarkan pada rumusan masalah. Perencanaan ini juga harus mencakup unsur
5W+1H, yaitu:
Who :
Siapa yang melakukan perencanaan ini?
What :
Apa perencanaan program kerja yang akan dilaksanakan?
Why :
Mengapa perencanaan program kerja itu dilakukan?
When :
Kapan perencanaan program-program kerja dilaksanakan?
Where :
Dimana perencanaan lokasi pengerjaan program kerjanya?
How :
Bagaimana perencanaan proses pengerjaannya dan bagaimana resikonya?
Dalam tahap ini, Praktisi PR sudah memegang
hasil data yang akurat dari tahapan sebelumya yaitu fact finding. Dengan
data-data yang telah dimiliki tersebut maka disini Praktisi PR akan mengasah
kemampuannya dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan memunculkan ide-ide
yang cemerlang guna mencapai tujuan perusahaan. Selanjutnya berdasarkan pada
rumusan masalah yang telah disusun, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan
keputusan untuk membuat program kerja dengan mengacu pada kebijakan perusahaan
dan disesuaikan dengan kepentingan publik.
Adapun
langkah-langkah dalam melaksanakan strategi perencanaan Praktisi PR sebagai
berikut:
1. Menentukan misi PT.KAI termasuk di dalamnya
adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian, filosofi, dan sasaran.
- Mengembangkan profil PT.KAI yang mencerminkan kondisi internal perusahaan dan kemampuan yang dimilikinya.
- Penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum.
- Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan).
- Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan.
- Pemilihan strategi atas tujuan jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
- Mengembangkan tujuan tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan tujuan jangka panjang dan garis besar strategi.
- Implementasi atas hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada anggaran (budget) dan memadukan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan sistem balas jasa yang memungkinkan.
- Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan.
Jadi dalam
tahapan ini, Praktisi PR harus secara matang merencakan dan menentukan program
kerja yang akan digunakan dalam membangun citra baik PT.KAI (What can we do?)
sehingga dapat dengan tepat melanjutkan ke tahapan selanjutnya.
3.
Mengkomunikasikan
dan pelaksanaan (communicating-action)
Mengkomunikasikan
dan pelaksanaan adalah pelaksanaan program kerja yang disusun dengan baik
sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data yang dimiliki
sehingga mampu mempengaruhi sikap publik yang mendorong untuk mendukung
pelaksanaan program tersebut. Dalam tahapan ini, Praktisi PR bertugas untuk
mengomunikasikan dan melaksanakan program kerja yang sudah disusun secara
matang pada tahap planning-decision. Komunikasi yang dilakukan merupakan
penyampaian informasi secara aktif kepada publik (internal/eksternal) mengenai
apa yang telah disusun dan diprogramkan dengan menggunakan berbagai bentuk,
jenis, serta teknik komunikasi agar dapat mencapai efek yang diharapkan.
Dalam hal
mengkomunikasikan dan pelaksanaan ini, seorang Praktisi PR perlu melakukan
pendekatan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Berikut adalah beberapa
jenis pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang Praktisi PR PT. KAI, yaitu:
1.
Pendekatan
Operasional
Melalui pendekatan kemasyarakatan dengan
mekanisme sosial cultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Artinya
pihak Praktisi PR PT.KAI mutlak bersikap atau berkemampuan untuk mendengar, dan
bukan sekedar mendengar mengenai aspirasi yang ada di dalam masyarakat, baik
etika, moral maupun nilai-nilai kemasyarakatan yang menjadi acuan dalam
strategi operasional kehumasan. Misalnya Praktisi PR PT.KAI turun langsung
mendengar dan menerima saran dan masukan baik dari publiknya dan
mempertimbangkan untuk jika memungkinkan akan direalisasikan.
2.
Pendekatan
persuasif dan edukatif
Fungsi Praktisi PR adalah menciptakan
komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi
kepada pihak publiknya, baik bersifat mendidik, dan memberikan penerangan
maupun dengan melakukan pendekatan persuasif agar tercipta saling pengertian,
menghargai, pemahaman, toleransi dsb. Misalnya seperti Praktisi PR PT. KAI
mengadakan sosialisasi rutin tentang pengenalan rambu-rambu lalu lintas di area
perlintasan kereta api kepada orang-orang awam.
3.
Pendekatan
tangung jawab sosial humas
Menumbuhkan
sikap bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai tersebut bukan memperoleh
keuntungan sepihak dari publik tetapi memperoleh keuntungan bersama yang
terampil dalam memadukan keuntungan dengan motivasi tanggung jawab sosialnya.
Misalnya Praktisi PR PT.KAI mengadakan jumpa pers atau kegiatan serupa agar
publiknya tau bahwa tujuan yang akan dicapai untuk kepentingan bersama dan
tidak ada yang dirugikan.
4.
Pendekatan
kerjasama
Praktisi
PR membina hubungan yang harmonis antara organisasi dan berbagai kalangan baik
internal maupun eksternal hal ini diperoleh dari hubungan kerjasama dengan
perubahan sikap yang positif bagi kedua belah pihak maka terciptanya kerjasama
yang optimal. Misalnya Praktisi PR PT.KAI mengadakan adanya perekrutan warga
sekitar untuk bergabung dengan PT.KAI dengan begitu akan timbul kerjasama yang baik
antara PT.KAI dengan publiknya.
5.
Pendekatan
koordinatif dan integratif
Untuk
memperluas peranan humas atau PR dimasyarakat, maka fungsi humas dalam arti
sempit mewakili lembaga atau institusinya, tetapi peranan lebih luas
berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan nasional, dan mewujudkan
ketahan nasioanl dibidang politik,
ekonomi, sosial budaya dan hamkamnas. Misalnya jika Praktisi PR PT.KAI berhasil
menjalankan tugasnya dengan optimal sehingga citra perusahaan meningkat dan
menyebabkan penghasilan yang meningkat pula dan dapat meningkatkan program
pembangunan nasional.
Perlu
diketahui bahwa seorang Praktisi PR harus paham tentang langkah-langkah pokok
dari berbagai aspek pendekatan dalam strategi komunikasi Praktisi PR, yaitu:
1.
To
inform, yaitu menginformasikan secara jelas tentang kecelakaan yang terjadi di
perlintasan kereta api.
2.
To
explain, yaitu menerangkan apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana
kronologi yang sebenarnya terjadi dalam kecelakaan di perlintasan kereta api
antara pengguna jalan raya dengan kereta api.
3.
To
suggest, yaitu menyarankan agar pihak intern dan ekstern yang yang terlibat
ataupun sebagai pemangat kasus ini untuk saling mengerti dan memandang suatu
kasus ini secara subjektif bukan objektif berdasarkan fakta yang ada.
4.
To
persuade, yaitu membujuk publiknya agar mendengarkan dan mendukung program
kerja yang akan dilaksanakan oleh Praktisi PR PT.KAI.
5.
To
invite, yaitu mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendiskusikan
kasus ini dan menyelesaikan masalah dengan tepat sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan.
6.
To
convince, yaitu meyakinkan semua pihak yang berkepentingan dalam kasus
kecelakaan kereta api ini dengan ditunjang oleh bukti-bukti yang akurat juga
sosialisasi yang rutin tentang pemberian wawasan rambu-rambu lalu lintas di
area perlintasan kereta api.
Jadi dalam
tahapan ini, Praktisi PR harus tau tujuan dari pelaksanakan program kerjanya
dan alasan kuat yang mendasari pelaksanaan program kerjanya tersebut (What
we did and why?), sehingga
mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi
pihak-pihak yang dianggap penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan
sepenuhnya terhadap PT.KAI.
4.
Mengevaluasi
(evaluating)
Mengevaluasi
adalah mengadakan evaluasi atau penelitian tentang suatu kegiatan, apakah tujuan
sudah tercapai atau belum dengan melakukan penilaian terhadap hasil-hasil
pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan, pengkomunikasian, sampai
keberhasilan/kegagalan yang terjadi pada
program kerja, dan menerima umpan balik
untuk dievaluasi dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dimana
tujuan utamanya adalah mengukur
efektivitas proses secara keseluruhan. Pada tahap ini, Praktisi PR harus
cermat, teliti, dan hati-hati terkait dengan akurasi data yang telah ada.
Kemudian setelah selesai satu permasalahan, tidak menutup kemungkinan untuk
mendapatkan masalah yang baru lagi. Oleh
karena itu tahap evaluasi ini juga merupakan dasar atau acuan perencanaan di
masa mendatang.
Jadi dalam tahapan ini, Praktisi PR harus
tau apakah tujuan sudah tercapai atau belum (How did we do?) sehingga mampu dijadikan acuan untuk perencanaan
selanjutnya oleh PT.KAI.