Minggu, 05 Juni 2016

STUDI KASUS PT. KERETA API INDONESIA


NAMA
:
EKKI PUTRI APRILIANTI
NIM/KELAS
:
141300163/ADBIS IV B
MATA KULIAH
:
PUBLIC RELATIONS
SUBJEK
:
TUGAS INDIVIDU UTS / TA 2015/2016


Kasus
Sebagaimana yang diberitakan oleh media masssa, hingga saat ini masih sering terjadi kecelakaan di perlintasan kereta api, antara pemakai jalan raya dengan kereta api.

Tugas
Berdasarkan konsep/teori Cutlip & Center di atas, tindakan apa yang harus diambil oleh Praktisi PR/Kepala Humas PT.Kereta Api Indonesia apabila terjadi kecelakaan di perlintasan kereta api?

Penyelesaian Kasus  
Berdasarkan permasalahan diatas, Praktisi PR/Kepala Humas PT.KAI sangat berperan penting dalam menjaga dan mempertahankan pengertian timbal balik yang dapat membangun citra baik PT.KAI agar senantiasa dipercaya sebagai salah satu perusahaan di bidang jasa transportasi darat yang terpercaya dan bisa diandalkan oleh masyarakat.
Kecelakaan yang sering terjadi diperlintasan kereta api antara pemakai jalan raya dengan kereta api sedikit banyak pasti akan menimbulkan masalah yang dapat mengganggu kelangsungan kegiatan PT.KAI, baik secara intern dan ekstern perusahaan.
Berikut adalah masalah-masalah yang memiliki peluang besar akan timbul, yaitu:
  1. Munculnya berita kurang baik dan menyudutkan PT.KAI yang diberitakan di media massa.
  2. Munculnya opini negatif masyarakat sehingga citra PT. KAI dianggap kurang baik.
  3. Munculnya pihak-pihak yang saling menyalahkan akibat kecelakaan KA dengan pengguna jalan raya baik dari pihak PT.KAI dengan masyarakat ataupun dari sesama civitas PT.KAI.
  4. Hilangnya kepercayaan antara sesama civitas PT.KAI sehingga keadaan dalam perusahaan tidak harmonis.
  5. Hilannya kepercayaan masyarakat terhadap PT.KAI sehingga perusahaan dapat merugi karena pendapatannya menurun.
Masalah-masalah diatas muncul karena beberapa sebab, berikut adalah penyebab terjadinya masalah yang berpeluang besar akan timbul ketika terjadi kecelakaan kereta api dengan pengguna jalan raya, yaitu:
  1. Tidak ada komunikasi yang baik antara pihak praktisi PR/Kepala humas PT.KAI dengan masyarakat yang menggunakan jalan raya akibat kecelakaan di perlintasan kereta api, sehingga menimbulkan rumor atau berita yang kurang baik di media massa yang dapat menurunkan bahkan menghancurkan citra perusahaan.
  2.  Perusahaan tidak mengasuransikan aset tetap terhadap resiko kecelakaan, kebakaran, dan jenis kerugian lainnya, kendala teknis berupa gangguan komunikasi dan sistem persinyalan, kurangnya pengendalian perawatan dan keselamatan kereta api. Sehingga, akan timbul salah menyalahkan antara pihak-pihak yang terlibat dan hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap PT.KAI ataupun sesama civitas PT.KAI yang menimbulkan ketidakharmonisan dalam perusahaan dan juga perusahaan dengan publiknya.
  3. Minimnya budaya toleransi keselamatan sesama pengguna jalan dan minimnya solialisasi tentang rambu-rambu di area perlintasan kereta api.

Oleh sebab itu praktisi PR/Kepala humas PT.KAI perlu melakukan beberapa tindakan dibawah ini agar masalah-masalah seperti yang disebutkan diatas bisa teratasi dengan baik. Berikut pengembangan penjabaran berdasarkan teori Cutlip & Center (dalam Ruslan, 2014:148): proses perencanaan program kerja melalui “proses empat tahapan atau langkah-langkah pokok” yang menjadi landasan acuan untuk pelaksanaan program kerja public relations (PR) atau kehumasan, yaitu:

1.      Penelitian dan mendengarkan (research-listening) - fact finding

Fact finding adalah mencari dan mengumpulkan fakta atau data sebelum melakukan tindakan. Dalam tahap ini, Praktisi PR perlu menganalisis perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap lingkungan seperti opini masyarakat terhadap kecelakaan yang terjadi antara pengguna jalan raya dengan kereta api, sikap pihak PT.KAI dan masyarakat menanggapi kecelakaan tersebut, dan reaksi dari intern juga ekstern perusahaan mengenai kecelakaan tersebut.

Praktisi PR harus mengenal gejala dan penyebab permasalahan serta perlu melibatkan diri dalam penelitian/penemuan fakta.  Segala keterangan harus diperoleh secara  lengkap  dan dalam tahap pendefinisian,  Praktisi PR harus mengolah data faktual yang telah ada, mengadakan perbandingan, melakukan pertimbangan,  serta  menghasilkan penilaian  agar  dapat diperoleh kesimpulan dan ketelitian dari data faktual yang telah diperoleh.  Disamping itu dalam proses PR, pengumpulan data harus mengedepankan pengolahan, penelitian, pengklasifikasian, dan penyusunan data yang mengarah pada kemudahan dalam pemecahan masalah pada waktunya. Tahap  pencarian data dapat dilakukan dengan cara:  survey,  polling, wawancara, focus group discussion  (FGD), wawancara mendalam, dan  walking around research, yakni jalan-jalan atau turun ke lokasi permasalahan untuk memahami permasalahan secara langsung  dalam rangka melihat masalah dalam konteksnya.

Setelah data-data yang sudah terbukti keakuratannya tentang opini, sikap, dan reaksi mereka yang berkepentingan dengan aksi kebijakan-kebijakan suatu organisasi sudah terkumpul dan tersusun dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah menentukan dan memahami data tersebut agar dapat menentukan keputusan selanjutnya. Perlu diingat bahwa tahapan fact finding ini sangat penting bagi seorang praktisi PR, karena data yang diperoleh harus benar-benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi (akurat). Apabila dalam tahapan fact finding seorang praktisi PR salah mengumpulkan data maka tindakan selanjutnya sudah dapat dipastikan salah semuanya sehingga harus memulai tahapan fact finding dari awal untuk bisa menentukan tindakan selanjutnya yang tepat agar tujuan perusahaan tercapai. Jadi dalam tahapan ini, Praktisi PR harus tau dan paham betul apa yang menjadi permasalahan dalam perusahaannya (what’s Our Problem?) sehingga dapat dengan tepat menentukan tindakan selanjutnya.



2.      Perencanaan dan mengambil keputusan (planning-decision)

Perencanaan adalah berdasarkan fakta membuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja tentang apa yang harus dilakukan dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi dan disesuaikan dengan kepentingan publik serta berdasarkan pada rumusan masalah. Perencanaan ini juga harus mencakup unsur 5W+1H, yaitu:
Who          : Siapa yang melakukan perencanaan ini?
What         : Apa perencanaan program kerja yang akan dilaksanakan?
Why          : Mengapa perencanaan program kerja itu dilakukan?
When         : Kapan perencanaan program-program kerja dilaksanakan?
Where        : Dimana perencanaan lokasi pengerjaan program kerjanya?
How          : Bagaimana perencanaan proses pengerjaannya dan bagaimana resikonya?

 Dalam tahap ini, Praktisi PR sudah memegang hasil data yang akurat dari tahapan sebelumya yaitu fact finding. Dengan data-data yang telah dimiliki tersebut maka disini Praktisi PR akan mengasah kemampuannya dalam menyelesaikan masalah tersebut dengan memunculkan ide-ide yang cemerlang guna mencapai tujuan perusahaan. Selanjutnya berdasarkan pada rumusan masalah yang telah disusun, dibuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja dengan mengacu pada kebijakan perusahaan dan disesuaikan dengan kepentingan publik.

Adapun langkah-langkah dalam melaksanakan strategi perencanaan Praktisi PR sebagai berikut:

1.       Menentukan misi PT.KAI termasuk di dalamnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian, filosofi, dan sasaran.
  1. Mengembangkan profil PT.KAI yang mencerminkan kondisi internal perusahaan dan kemampuan yang dimilikinya.
  2. Penilaian terhadap lingkungan eksternal perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum.
  3. Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan).
  4. Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan.
  5. Pemilihan strategi atas tujuan jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
  6. Mengembangkan tujuan tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan tujuan jangka panjang dan garis besar strategi.
  7. Implementasi atas hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada anggaran (budget) dan memadukan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi, dan sistem balas jasa yang memungkinkan.
  8. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan.

Jadi dalam tahapan ini, Praktisi PR harus secara matang merencakan dan menentukan program kerja yang akan digunakan dalam membangun citra baik PT.KAI (What can we do?) sehingga dapat dengan tepat melanjutkan ke tahapan selanjutnya.



3.      Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (communicating-action)

Mengkomunikasikan dan pelaksanaan adalah pelaksanaan program kerja yang disusun dengan baik sebagai hasil pemikiran yang matang berdasarkan fakta atau data yang dimiliki sehingga mampu mempengaruhi sikap publik yang mendorong untuk mendukung pelaksanaan program tersebut. Dalam tahapan ini, Praktisi PR bertugas untuk mengomunikasikan dan melaksanakan program kerja yang sudah disusun secara matang pada tahap planning-decision. Komunikasi yang dilakukan merupakan penyampaian informasi secara aktif kepada publik (internal/eksternal) mengenai apa yang telah disusun dan diprogramkan dengan menggunakan berbagai bentuk, jenis, serta teknik komunikasi agar dapat mencapai efek yang diharapkan.

Dalam hal mengkomunikasikan dan pelaksanaan ini, seorang Praktisi PR perlu melakukan pendekatan dengan pihak-pihak yang berkepentingan. Berikut adalah beberapa jenis pendekatan yang dapat dilakukan oleh seorang Praktisi PR PT. KAI, yaitu:

1.      Pendekatan Operasional
Melalui pendekatan kemasyarakatan dengan mekanisme sosial cultural dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Artinya pihak Praktisi PR PT.KAI mutlak bersikap atau berkemampuan untuk mendengar, dan bukan sekedar mendengar mengenai aspirasi yang ada di dalam masyarakat, baik etika, moral maupun nilai-nilai kemasyarakatan yang menjadi acuan dalam strategi operasional kehumasan. Misalnya Praktisi PR PT.KAI turun langsung mendengar dan menerima saran dan masukan baik dari publiknya dan mempertimbangkan untuk jika memungkinkan akan direalisasikan.

2.      Pendekatan persuasif dan edukatif
Fungsi Praktisi PR adalah menciptakan komunikasi dua arah timbal balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada pihak publiknya, baik bersifat mendidik, dan memberikan penerangan maupun dengan melakukan pendekatan persuasif agar tercipta saling pengertian, menghargai, pemahaman, toleransi dsb. Misalnya seperti Praktisi PR PT. KAI mengadakan sosialisasi rutin tentang pengenalan rambu-rambu lalu lintas di area perlintasan kereta api kepada orang-orang awam.

3.      Pendekatan tangung jawab sosial humas
Menumbuhkan sikap bahwa tujuan dan sasaran yang hendak dicapai tersebut bukan memperoleh keuntungan sepihak dari publik tetapi memperoleh keuntungan bersama yang terampil dalam memadukan keuntungan dengan motivasi tanggung jawab sosialnya. Misalnya Praktisi PR PT.KAI mengadakan jumpa pers atau kegiatan serupa agar publiknya tau bahwa tujuan yang akan dicapai untuk kepentingan bersama dan tidak ada yang dirugikan.
4.      Pendekatan kerjasama
Praktisi PR membina hubungan yang harmonis antara organisasi dan berbagai kalangan baik internal maupun eksternal hal ini diperoleh dari hubungan kerjasama dengan perubahan sikap yang positif bagi kedua belah pihak maka terciptanya kerjasama yang optimal. Misalnya Praktisi PR PT.KAI mengadakan adanya perekrutan warga sekitar untuk bergabung dengan PT.KAI dengan begitu akan timbul kerjasama yang baik antara PT.KAI dengan publiknya.
5.      Pendekatan koordinatif dan integratif
Untuk memperluas peranan humas atau PR dimasyarakat, maka fungsi humas dalam arti sempit mewakili lembaga atau institusinya, tetapi peranan lebih luas berpartisipasi dalam menunjang program pembangunan nasional, dan mewujudkan ketahan nasioanl dibidang  politik, ekonomi, sosial budaya dan hamkamnas. Misalnya jika Praktisi PR PT.KAI berhasil menjalankan tugasnya dengan optimal sehingga citra perusahaan meningkat dan menyebabkan penghasilan yang meningkat pula dan dapat meningkatkan program pembangunan nasional.

Perlu diketahui bahwa seorang Praktisi PR harus paham tentang langkah-langkah pokok dari berbagai aspek pendekatan dalam strategi komunikasi Praktisi PR, yaitu:
1.        To inform, yaitu menginformasikan secara jelas tentang kecelakaan yang terjadi di perlintasan kereta api.
2.        To explain, yaitu menerangkan apa, siapa, kapan, dimana, kenapa, dan bagaimana kronologi yang sebenarnya terjadi dalam kecelakaan di perlintasan kereta api antara pengguna jalan raya dengan kereta api.
3.        To suggest, yaitu menyarankan agar pihak intern dan ekstern yang yang terlibat ataupun sebagai pemangat kasus ini untuk saling mengerti dan memandang suatu kasus ini secara subjektif bukan objektif berdasarkan fakta yang ada.
4.        To persuade, yaitu membujuk publiknya agar mendengarkan dan mendukung program kerja yang akan dilaksanakan oleh Praktisi PR PT.KAI.
5.        To invite, yaitu mengundang semua pihak yang berkepentingan untuk mendiskusikan kasus ini dan menyelesaikan masalah dengan tepat sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
6.        To convince, yaitu meyakinkan semua pihak yang berkepentingan dalam kasus kecelakaan kereta api ini dengan ditunjang oleh bukti-bukti yang akurat juga sosialisasi yang rutin tentang pemberian wawasan rambu-rambu lalu lintas di area perlintasan kereta api.

Jadi dalam tahapan ini, Praktisi PR harus tau tujuan dari pelaksanakan program kerjanya dan alasan kuat yang mendasari pelaksanaan program kerjanya tersebut (What we did and why?), sehingga mampu menimbulkan kesan-kesan yang secara efektif dapat mempengaruhi pihak-pihak yang dianggap penting dan berpotensi untuk memberikan dukungan sepenuhnya terhadap PT.KAI.


4.      Mengevaluasi (evaluating)
Mengevaluasi adalah mengadakan evaluasi atau penelitian tentang suatu kegiatan, apakah tujuan sudah tercapai atau belum dengan melakukan penilaian terhadap hasil-hasil pelaksanaan program dari perencanaan, pelaksanaan, pengkomunikasian, sampai keberhasilan/kegagalan yang  terjadi pada program  kerja, dan menerima umpan balik untuk dievaluasi dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan dimana tujuan utamanya adalah  mengukur efektivitas proses secara keseluruhan. Pada tahap ini, Praktisi PR harus cermat, teliti, dan hati-hati terkait dengan akurasi data yang telah ada. Kemudian setelah selesai satu permasalahan, tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan masalah yang baru lagi.  Oleh karena itu tahap evaluasi ini juga merupakan dasar atau acuan perencanaan di masa mendatang.

Jadi dalam tahapan ini, Praktisi PR harus tau apakah tujuan sudah tercapai atau belum (How did we do?) sehingga  mampu dijadikan acuan untuk perencanaan selanjutnya oleh PT.KAI.


STUDI KASUS PT. KERETA API INDONESIA


STUDI KASUS PT. KERETA API INDONESIA
Disusun Oleh : Diah Marya Ambini
TUGAS INDIVIDU



Menurut teori Cutlip dan Center, tindakan yang harus diambil oleh praktisi PR atau Kepala Humas PT. Kereta Api Indonesia apabila terjadi kecelakaan di perlintasan kereta api ialah:

1.      Penelitian dan Mendengarkan
Pada tahap ini, tindakan yang harus diambil oleh Kepala Humas PT. Kereta Api Indonesia ialah melakukan penelitian terhadap opini, sikap, dan reaksi masyarakat terhadap kebijakan yang telah dilaksanakan oleh pihak PT. Kereta Api Indonesia sebelumnya yang masih mengakibatkan kecelakaan di perlintasan kereta api. Selanjutnya pihak Humas melakukan evaluasi terhadap fakta yang mana fakta ini merupakan bukti nyata yang menyatakan masih adanya kecelakaan di perlintasan kereta api. Dari fakta inilah pihak Humas dapat memperoleh informasi yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan selanjutnya. Dalam tahap ini  nantinya akan diketahui apakah kecelakaan yang terjadi di perlintasan kereta api disebabkan oleh kelalaian dan ketidakpatuhan pengguna jalan atau karena kelalaian pihak PT. Kereta Api Indonesia sendiri.
Proses pencarian informasi ini dapat dilakukan dengan cara survei atau dengan cara turun langsung di lapangan. Dengan turun langsung ke lapangan maka, pihak Humas dapat secara langsung mengamati hal-hal apa saja yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di perlintasan kereta api. Dan melihat apakah program yang telah dilaksanakan dapat terlaksana ataukah belum.
Jika dalam pengamatan ini diketahui bahwa penyebab terjadinya kecelakaan di perlintasan kereta api adalah karena kelalaian pengguna jalan raya. Pihak PT. Kereta Api Indonesia dapat membuat kebijakan yang mengarah pada peningkatan ketertiban pengguna jalan saat melewati perlintasan kereta api yang sebidang dengan jalan raya. Bagaimanapun juga kereta api adalah jenis transportasi darat yang melaju dengan kecepatan tinggi dan tidak bisa diberhentikan secara mendadak.

2.      Perencanaan dan Pengambilan Keputusan
Dalam tahap ini, apabila telah diketahui penyebab terjadinya kecelakaan di perlintasan kereta api. Maka, melalui fakta dan informasi yang diperoleh oleh pihak Humas. Pihak Humas dapat membuat strategi perencanaan dan pengambilan keputusan untuk membuat program kerja dengan mengacu pada kebijakan PT. Kereta Api Indonesia dan disesuaikan dengan kepentingan publik. Seperti halnya, apabila kecelakaan di perlintasan kereta api disebabkan oleh kelalaian pengguna jalan raya yang masih sering melanggar rambu-rambu yang terdapat pada perlintasan maka, pihak PT. Kereta Api Indonesia dapat memperbaiki sarana dan prasarana yang terdapat di perlintasan kereta api seperti halnya perbaikan perlintasan agar palang dapat terbuka dan tertutup secara otomatis tanpa adanya penjaga yang harus siaga 24 jam di perlintasan kereta api. Dengan cara ini maka, daerah-daerah yang tidak memungkinkan adanya penjaga kereta api dapat terhindar dari kemungkinan terjadinya kecelakaan di perlintasan kereta api.


3.      Mengomunikasikan dan Pelaksanaan
Dalam tahap pengomunikasian inilah pihak Humas dari PT. Kereta Api Indonesia menyampaikan kepada masyarakat mengenai program kerja yang akan dilaksanakan dengan harapan akan mendapat dukungan dari masyarakat. Dan menyampaikan bahwa kecelakaan di perlintasan kereta api tidak hanya disebabkan oleh pihak kereta api saja. Sehingga untuk mencegah terjadinya kecelakaan di perlintasan kereta api, pihak PT. Kereta Api Indonesia dapat menerapkan kebijakan yang telah ditentukan pada tahap perencanaan.
Pengomunikasian ini dapat dilakukan melalui sosialisasi di sekolah-sekolah maupun melalui media massa agar masyarakat mengetahui kebijakan baru yang akan dilaksanakan oleh PT. Kereta Api Indonesia. Selanjutnya barulah kebijakan tersebut dilaksanakan. Pelaksanaan kebijakan tersebut tidak lain bertujuan untuk mencegah terulangnya kejadian kecelakaan di perlintasan kereta api.


4.      Mengevaluasi
Setelah kebijakan yang ditetapkan oleh PT. Kereta Api Indonesia tersebut dilaksanakan, tugas Humas selanjutnya ialah melakukan penilaian terhadap penerapan kebijakan teresebut. Pada tahap ini, praktisi Humas harus cermat, teliti, dan hati-hati terkait dengan akurasi  data yang telah ada. Kemudian setelah selesai satu permasalahan, tidak menutup kemungkinan untuk mendapatkan masalah  yang baru lagi.  Oleh karena itu  tahap  evaluasi  ini juga  merupakan dasar atau acuan perencanaan di masa mendatang.
Pada tahap ini PT. Kereta Api Indonesia dapat mengetahui apakah kebijakan yang telah diterapkan mampu mencegah kecelakaan di perlintasan kereta api atau belum. Dan apakah kebijakan yang ditetapkan dapat diterapkan untuk jangka waktu yang panjang.

Daftar Pustaka
http://innasensei.blogspot.co.id/2014/04/penyebab-dan-cara-mengatasi-kecelakaan.html
(diakses pada 14 April 2016)
https://aplikasiergonomi.wordpress.com/2014/06/20/faktor-penyebab-kecelakaan-kereta-api-di-indonesia-dan-solusinya/ 
(diakses pada 14 April 2016)




Analisa Praktisi PR saat terjadi kecelakaan perlintasan kereta api



Analisis Kasus oleh Galih Kuneirni

Berdasarkan konsep Cuplip & Center tindakan yang harus di ambil oleh Praktisi PR / Humas PT Kereta Api Indonesia saat terjadi kecelakaan di perlintasan kereta api,Yaitu:

1.      Penelitian dan mendengarkan (Fact Finding)
a)      Menganalisis perilaku umum dan hubungan organisasi terhadap lingkungan.
b)      Menganalalisis tingkat opini publik, Baik intern dan ekstern.
2.      Perencanaan dan mengambil keputusan (Planning-Decision)
a)      Menentukan formulasi dan merumuskan kebijakan-kebijakan.
b)      Merencankan alat/cara yang sesuai untuk meningkatkan atau mengubah perilaku kelompok masyarakat sasaran.
Contoh: -  Dibuatnya sistem untuk mematikan mesin motor sejauh 10meter dari jarak palang pintu.
-          Palang pintu perlintasan kereta api dibuat dari benda tajam seperti pisau sehingga bila ada yang melanggar dan motornya terjepit seketika juga motor tersebut dapat patah.
3.      Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (communicating-action)
a)      Menentukan dan memahami secara benar perilaku tiap-tiap kelompok terhadap organisasi.
b)      Menjalankan dan melaksanakan aktivitas sesuai dengan program yang telah direncanakan.
4.      Mengevaluasi (Evaluating) 7
a)      Mengantisipasi kecenderungan permasalahan yang potensial,kebutuhan, dan kesempatan-kesempatan.
b)      Menerima umpan balik untuk dievaluasi dan mengadakan penyesuaian-penyesuaian yang diperlukan.

Tindakan yang harus di ambil oleh Praktisi PR / Humas PT Kereta Api Indonesia saat terjadi kecelakaan di perlintasan kereta api,Yaitu:
1.      Penelitian dan mendengarkan (Fact Finding)
Humas melakukan research di tempat kejadian, mendengarkan penuturan warga /saksi mata perkara atas kronologis kejadian, mencari hasil /bukti dari sumber yang ada.
2.      Perencanaan dan mengambil keputusan (Planning-Decision)
Humas harus sigap dengan setiap kejadian, menentukan langkah penanganan atas lokasi yang dinilai banyak menimbulkan kecelakaan, mengkroscek ulang sistem keamanan apakah sudah sesuai dengan SOP yang telah di tetapkan.
3.      Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (communicating-action)
Berkomunikasi / sosialisasi dengan pihak PEMDA dan masyarakat setempat tentang pentingnya keselamatan.
4.      Mengevaluasi (Evaluating)
Perlunya pengkajian ulang untuk masalah perlintasan kereta api yang masih terbilang kurang memenuhi syarat keamanan.
Kesimpulan:
Teori Cutlip & Center landasan program kerja PR Penelitian dan mendengarkan (Fact Finding), Perencanaan dan mengambil keputusan (Planning-Decision), Mengkomunikasikan dan pelaksanaan (communicating-action) sifatnya Intern (dalam perusahaan) sedangkan Mengevaluasi (Evaluating) sifatnya ekstern karena sudah terjadi kecelakaan dan ada sistem/alat yang dirasa kurang berfungsi secara optimal.
Menurut saya, Humas harus melakukan observasi di lokasi kejadian untuk mencari fakta-fakta yang ada merencanakan kebijakan yang diterapkan oleh PT KAI terkait perlintasan Kereta, serta mensosialisasikan atas perencanaan kebijakan yang sudah ada.
Faktor SDM operator (human error) 35%, faktor sarana 23%, faktor eksternal 20%, faktor prasarana 18% dan faktor alam hanya 4%. Dari data tersebut disimpulkan bahwa faktor teknis (sarana dan prasarana) merupakan faktor terbesar penyebab kecelakaan kereta api. 1
Beberapa contoh kecelakaan kereta api karena faktor teknis (sarana dan prasarana) yaitu :
1.      Kecelakaan antara KA Barang Rangkaian Panjang (Babaranjang) dengan KA Fajar Utama di Bandar Lampung yang disebabkan sistem pengereman otomatis tidak bekerja sempurna karena tidak dirawat.2
2.      Anjloknya KA 1404 yang mengangkut barang yang disebabkan bantalan rel yang lapuk bahkan cenderung hancur sehingga tidak berfungsi dengan baik. 3

Rentetan kecelakaan kereta api di atas merupakan contoh kecelakan karena faktor teknis (sarana dan prasarana) dan faktanya masih banyak lagi contoh kecelakaan karena faktor penyebab lainnya.

Pakar Kereta Api dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Harun Al Rasyid berpendapat mengenai kecelakaan kereta di Bogor 4 Agustus 2009 tersebut:
“Pemerintah dan operator kereta api harus didesak untuk memperbaiki manajemen angkutan massal itu. Selama ini kecelakaan cenderung ditimpakan kepada kesalahan orang (human error). Namun, tidak ditelusuri lebih lanjut apa penyebabnya. Jangan sampai hanya masinisnya yang disalahkan. Departemen Perhubungan dan operator (kereta api) harus memenuhi janjinya untuk menjalankan road map to zero accident (menihilkan kecelakaan). Khususnya Kereta Api karena hampir tiap minggu kita dengar ada kereta anjlok.”4

Menanggapi kecelakaan kereta api yang sering terjadi, Bob Asep Saefudin, Koordinator Komite Pemerhati Keselamatan Transportasi (KPKT) berpendapat :
“Jangan pikirkan laba terus, KAI harus memperhatikan keselamtan penumpang. Buktinya banyak kecelakaan yang terjadi. Terakhir, peristiwa tabrakan kereta di Bogor. Dephub jangan diam, benahi KAI. Harusnya armada transportasi pelayan public itu mendapat anggaran khusus untuk perbaikan dan perawatan yang baik. Jangaan cuma mikirin untung. Ini masalah nyawa soalnya.”5

Senada dengan Bob Asep Saefudin, Direktur Eksekutif Indonesian Railway Watch (IRW) Taufik Hidayat menyatakan :
“Kecelakaan kereta api disebabkan oleh lemahnya manajemen transportasi publik. Beberapa faktor pemicu kecelakaan, antara lain adalah minimnya pemeliharaan sarana dan prasarana. Apabila hal yang sama terjadi berulang tanpa adanya perbaikan, maka yang perlu dibedah dan diperbaiki adalah manajemen tingkat atas terlebih dahulu.6

Opini publik yang berkembang terhadap PT KAI yang merupakan sebuah ancaman bagi PT KAI, karena dapat menyebabkan krisis kepercayaan pada masyarakat. Opini publik yang berkembang tersebut merupakan dampak dari krisis yang terjadi, dalam hal ini kecelakaan kereta api yang terjadi di Bogor lalu. dalam menangani krisis kecelakaan Kereta tersebut, humas mempunyai peran yang signifikan dalam pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan masalah tindakan komunikasi kepada stakeholder.

Strategi komunikasi yang harus dijalankan oleh humas PT KAI yaitu dengan melakukan penelitian (Research) tentang opini, sikap dan reaksi dari stakeholder dan mereka yang berkepentingan terkait insiden kecelakaan tersebut.

Humas melakukan research opini publik dengan memonitoring semua pemberitaan media. Setelah melakukan Research, lalu perencanaan (Planning), yaitu humas melakukan pengolahan ataupun pengerjaan hasil temuan research sebagai landasan dan arah program komunikasi yang akan dijalankan.

Melakukan tindakan (Action) dari perencanaan program yang telah disusun, dalam hal ini humas melaksanakan program publikasi media, yaitu dengan konferensi pers dan talkshow.
Kemudian diakhiri dengan penilaian (Evaluation) dari hasil kegiatan yang telah dilaksanakan tersebut. Evaluasi tersebut melibatkan seluruh jajaran unit di PT KAI yang bertujuan untuk memonitoring apakah sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan.



REFERENSI

1.      Ibid
2.      Tempo Interaktif 20 November 2007.
3.      www.gatra.com edisi 12 November 2004.
4.      Tempo Interaktif 4 Agustus 2009. Dapat dilihat di
5.      Surat Kabar Harian Nonstop, 13 Agustus 2009.
6.      Surat Kabar Harian Kompas, 7 Agustus 2009
7.      Scott M Cutlip, Allen H. Center, Glen M. Broom, Effective Public Relation, 2000, hlm. 340